Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

KIDUNG SUROBOYO- TUTUR MINGGU

Minggu, 10 Januari 2021 | Januari 10, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-08-14T06:31:31Z

yanto ireng (kidung Suroboyo)
              
Surabaya, newspelangi.co.id
situasi sehari sebelum pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat(PPKM) kidung Suroboyo-tutur minggu (10/1/2021)

Semburat sinar mentari pagi menyeruak disela sela awan tipis, dan lambat laun menampakan cahaya keutuhan. Cahaya utuh yang tak mampu ditembus oleh mata telanjang adalah sebagian kecil dari cahaya Tuhan yang sebenarnya. Karena DIA lah TUHAN yang maha perkasa dan segalanya.

TUHAN yang pagi itu tegak berdiri, selalu dan senantiasa berpesan kepada manusia bahwa " SESUNGGUHNYA KEHIDUPAN DUNIA ITU ADALAH TIPUAN YANG MEMPERDAYAKAN

Sebagaimana panggung sandiwara, kehidupan dunia bukanlah kehidupan sesungguhnya. Akhiratlah (setelah turun panggung) kehidupan yang sesungguhnya.

“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” 

(QS al-Ankabut [29]: 64).

Karena itu, kerugianlah bagi orang-orang yang salah persepsi, yakni bersungguh-sungguh dalam permainan dunia dan bermain-main (tidak serius) dalam mempersiapkan akhiratnya. Dunia harusnya bisa menjadi penting, terutama dalam konteks mengumpulkan bekal pulang menuju akhirat. Selebihnya dunia tidak ada artinya dan tidak perlu dilebih-lebihkan.

Seperti panggung sandiwara, kehidupan dunia ada sutradaranya dan ada bintangnya. Kita semua adalah bintang sandiwara dunia. Namun, Allahlah sang Maha sutradara dan penyebab yang sesungguhnya. Walau hanya permainan dan senda gurau, sang bintang tidak boleh lalai dari skenario yang ada. Berimprovisasi dan merespons reaksi penonton sah-sah saja asal tak berlebihan dan melenceng dari naskah.

Sebagaimana sandiwara, apa yang terjadi di dunia bukanlah sesuatu yang harus terlalu diseriusi atau dilebih-lebihkan. Jika ada yang memberi kesenangan, dia tidak benar-benar memberi kesenangan. Jika ada yang memberi kesusahan, dia tidak benar-benar memberi kesusahan. Akankah kita marah kepada mitra sandiwara yang pura-pura memukul kita? Akankah kita membenci mitra sandiwara yang tidak mengembalikan uang kita ? Tentu tidak. Semua itu sekadar

kolase, foto yanto ireng
                  
panggung sandiwara. Ibarat panggung sandiwara, manusia lahir ke dunia (naik panggung) dan meninggalkan dunia (turun panggung) dalam waktu yang sangat singkat. Sebagaimana panggung sandiwara, kehidupan dunia bukanlah kehidupan sesungguhnya. Akhiratlah (setelah turun panggung) kehidupan yang sesungguhnya.

“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”

(QS al-Ankabut [29]: 64).

Karena itu, kerugianlah bagi orang-orang yang salah persepsi, yakni bersungguh-sungguh dalam permainan dunia dan bermain-main (tidak serius) dalam mempersiapkan akhiratnya. Dunia harusnya bisa menjadi penting, terutama dalam konteks mengumpulkan bekal pulang menuju akhirat. Selebihnya dunia tidak ada artinya dan tidak perlu dilebih-lebihkan. Seperti panggung sandiwara, kehidupan dunia ada sutradaranya dan ada bintangnya. Kita semua adalah bintang sandiwara dunia. Namun, Allahlah sang Mahasutradara dan penyebab yang sesungguhnya. Walau hanya permainan dan senda gurau, sang bintang tidak boleh lalai dari skenario yang ada. Berimprovisasi dan merespons reaksi penonton sah-sah saja asal tak berlebihan dan melenceng dari naskah.

Sebagaimana sandiwara, apa yang terjadi di dunia bukanlah sesuatu yang harus terlalu diseriusi atau dilebih-lebihkan. Jika ada yang memberi kesenangan, dia tidak benar-benar memberi kesenangan. Jika ada yang memberi kesusahan, dia tidak benar-benar memberi kesusahan. Akankah kita marah kepada mitra sandiwara yang pura-pura memukul kita? Akankah kita membenci mitra sandiwara yang tidak mengembalikan uang kita? Tentu tidak. Semua itu sekadar panggung sandiwara.

“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu. ” 

(QS at-Taghabun [64]: 11).

Izin Allahlah yang memungkinkan kesulitan dan kesenangan datang melalui seseorang atau kejadian. Akankah kita marah kepada Allah karena kesulitan-kesulitan kita ? Tentunya tidak. Akankah kita marah kepada orang ataupun keadaan yang menyulitkan kita? Sulit menjawabnya. Karena kita sudah terlatih dalam sandiwara dunia. Sandiwara yang melatih kita membesarkan dan melebih-lebihkan dunia serta isi dan kejadiannya. Jika kita tidak berani marah kepada Allah, seharusnya tidak juga perlu kebakaran jenggot atas kejadian maupun orang yang menyalahi kita. Yang paling penting adalah selalu meningkatkan iman, agar Allah memberi petunjuk kepada hati-hati kita. Dan Allah itu Mahaluas serta Mahamengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.

” (QS Ali Imran [3]: 191). 

Wallahu a'lam. Dan sering kali kalimat kalimat TUHAN ini  diabaikan karena memang manusia jarang sekali mampu menatap kebesaranNYA. Dan kalimat TUHAN ini tak ubahnya sebagai senandung yang dibukukan yang berupa kumpulan kumpulan firman yang cuma hanya dibaca saat bulan Ramadhan itupun tanpa dengan bahasa yang kita mengerti dan kita fahami. Bagaikan kita tak mungkin mampu menatap cahaya matahari, walaupun itu sebagian kecil dari cahaya kemahaanNYA.

Tapi mulut mulut jijik dan kotor senantiasa berucap demi 

ALLAH DAN DEMI CAHAYA KEBESARANNYA.

Senantiasa dikumandangkan untuk membalut nafsu keserakahan dan kerakusannya. Dan kalau kita berfikir jernih dan bijak dengan landasan qolbu yang hakiki, tentunya kita akan takut dan merenung dengan segala renungan yang paling dalam dengan kalimat yang disyaratkan oleh TUHAN itu.

Bahwa apa yang kau emban baik pangkat, jabatan, dan kekuasaan, itu sebenarnya adalah sebuah permainan yang bisa menyeretmu keneraka jahanam tanpa ada sedikitpun peluang menuju kesurga TUHAN. Sebaiknya ayo kita banyak merenung, dengan tuntunan

Bertafakur dan merenung adalah model berpikir yang dianjurkan dalam Islam. Seperti Firman Allah SWT, “Sesungguhnya da lam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua, dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaneraka.

” (QS Ali Imran [3]:190-191).

Ayat ini menyuruh umat Islam untuk merenungi fenomena yang terjadi di alam semesta. Tujuannya, agar bertambah keimanan di dada seorang hamba setelah ia menyadari betapa hebat kuasa Allah SWT yang mengatur alam tempat ia berada. Rasulullah SAW dalam Hadisnya juga mengatakan, “Merenung sesaat lebih besar nilainya daripada amal-amal kebajikan yang dikerjakan oleh dua jenis makhluk (manusia dan jin).” (HR Ibnu Majah). Artinya, Allah SWT lebih menghargai orang yang bertafakur dan menyadari hakikat dirinya sebagai makhluk dan Allah SAW sebagai Khalik. Ketimbang seseorang yang hanya sibuk beribadah tanpa menyadari untuk siapa ia melakukan itu.

Sebaiknya ayo kita banyak merenung, tapi tanpa meninggalkan seluruh aktivitas yang menjadi tanggung jawab kita. Kita seyogyanya bekerja dan berkarya tapi tanpa harus meninggalkan apalagi melanggar koridor koridor yang diberikan oleh TUHAN. 

Tutur yanto ireng

(-ref Cov,Tim)


×
Berita Terbaru Update