Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Rencana Muktamar NU Timbulkan Polemik, Mustasyar Perlu Turun Tangan Mendamaikan

Kamis, 25 November 2021 | November 25, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-11-25T11:19:46Z

logo Nahdlatul Ulama (NU)nukotabandung.or.id

Surabaya, NewsPelangi.co.id

Setelah adanya  ketidakpastian pelaksanaan Muktamar, suhu ditubuh PBNU kembali panas. Terdapat dua kubu yaitu kubu Said Aqil Siradj ( SAS) dan kubu Yahya Cholil Staquf ( YCS) yang punya agenda sendiri, biar dingin Mustasyar harus turun.

Rencana  awalnya Muktamar diadakan di Lampung yang jadwal pelaksanaannya pada 23-25 Desember 2021. Mengingat rencana tersebut berbarengan dengan  kebijakan Pemerintah yang akan melaksanakan PPKM level 3 menjelang liburan Natal dan Tahun Baru ( Nataru). Maka dengan sendirinya PBNU perlu merumuskan kembali kapan waktu yang tepat untuk Muktamar.  

Mengenai penjadwalan ulang ini, diserahkan kepada empat orang yakni Rois Am, Katib Am, Ketua Tandifiyah dan Sekjen. Keempat orang tersebut terkanal menjadi dua kubu. Kubu SAS mengingkan Muktamar diundur pada akhir Januari 2022 sementara kubu YCS ingin Muktamar dimajukan pada 17-19 Desember waktu dimana PPKM level 3 belum diberlakukan. Celakanya dua kubu tersebut mewakili 2 lembaga penting di PBNU. Kubu YCS identik dengan pihak Syuriah dan kubu SAS identik dengan pihak Tanfidziyah

Beragam rumor yang berkembang menyertai polemik dua kubu tersebut, dari saling sindir dimedia atau rumor yang tidak mencuat mencuat tapi dilingkungan elit Nahdatul Ulama rumor tersebut kencang bertebaran. Kubu YCS menginginkan agar dimajukan sebab keberadaan Kementerian Agama yang menteri dijabat oleh Yaqut Cholil Qaumas  yang tak lain adiknya YCS. Menjadi nilai lebih berupa pengaruh kepada Muktamirin yang tentunya menguntungkan YCS.  Hal mana tahun depan sudah tidak bisa dilaksanakan sebab sudah Tahun Anggaran baru, butuh konsolidasi lagi. Yang mesti dingat beberapa Menteri Agama menjadi pasiennya KPK.

Terkait polemik tersebut mendapat tanggapan dari KH Qodli Syafi’I Al Hasby, Wakil Rais PCNU Surabaya kepada media menyatakan bahwa polemik ini tidak perlu terjadi bila pihak yang berseturu bisa menahan diri. Serta menyerahkan permasalahan ini kepada Mustasyar. “  Selama ini terlihat Mustasyar jarang difungsikan, sekarang saatnya Mustasyar perlu turun tangan untuk mendamaikan pihak-pihak yang berseteru, persis ketika Rasululloh Nabi Muhammad SAW ketika menegur Abu Dzarrin dalam memperlakukan budaknya” ujarnya melalui sambungan telepon Rabu( 24/11)

Lebih jauh ia mengatakan bahwa polemik ini seharusnya tidak terjadi bila pihak-pihak tersebut mengerti Tupoksi ( Tugas Pokok dan Fungsi ) masing-masing organ. Syuriah berwenang mengawasi, memberikan arah kebijakan umum dan mengontrol penyelenggaraan organisasi. Sedangkan Tanfidziyah mengemban amanah manajerial, memiliki kewenangan adminitratif dan bertindak keluar atas nama organisasi

“Dalam organisasi itu ada etika dan aturan yang harus ditaati, harus cerdas dan adaptif, jangan memaksakan kehendak agar dituruti dan “nggondok” ( marah.red..) kalau tidak dituruti. Kalau tidak mengerti etika dan aturan ya perlu belajar lagi dari bawah” Ujarnya menyindir salah satu kubu tanpa menyebut kubu yang dimaksud.

Nahdliyin tentunya menginginkan Muktamar nanti berlangsung sejuk dan damai tanpa ada polemik yang tentukan akan merusak NU. “ kita perlu menjadi contoh bukan hanya bagi Indonesia namun juga internasional, sebab NU sudah mendunia. Bahkan kalau perlu menjadi contoh sampai akhirat” pesannya menutup pembicaraan.

Pesan Wakil Rois PCNU Surabaya perlu dijadikan pegangan sebab Muktamar Jombang tahun 2015 lalu menjadi pelajaran berharga bahwa konflik yang berkepanjangan bisa merusak organisasi. Untung waktu itu para muktamirin sadar sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.  (Tek)

×
Berita Terbaru Update