Surabaya, NewsPelangi.co.id
Sirri adalah sebuah kerahasian. Dan hanya Allah sendiri yang maha tahu, dan Allah sendiri yang menghitung dan membalasnya dalam segala hal.
Sedangkan dhohir sebenarnya adalah bentuk pelaksanaan dari ibadah dari ibadah Sirri tsb.
Pengertiannya adalah sebenarnya seluruh aspek ibadah kita itu yang potensi adalah yang bersifat kerahasiaan atau sir.
Misalnya seseorang melakukan apapun itu tergantung dari niatnya. Mulai dari Shollat, zakat, puasa, sampai haji sekalipun, dll.
Semua rangkaian pelaksanaan baik sepertinya urusan hablumminallah maupun hablumminnaasi.
Dari rangkaian pelaksanaan keduanya ini, sebenarnya adalah tujuan utamanya adalah hablumminallah, hubungan dengan Allah, dan manifestasi dari hablumminallah adalah terwujud hubungan dengan manusia, tapi tidak dalam bentuk lisan melainkan dalam bentuk Amalia nyata.
Ini seperti yang diisyaratkan oleh Allah didalam firmanNYA " Sesungguhnya dalam diri nabimu ada teladan atau contoh yang baik."
Dan kalau kita amati secara seksama, bahwa Rasulullah itu lebih banyak berbuat daripada berucap.
Artinya Rasulullah itu lebih banyak melakukan amalan amalan nyata dalam perbuatan dari pada berfatwa.
Karena niatan niatan yang terkandung dalam diri Rasulullah adalah niatan niatan yang hanya bertujuan pada Allah, bukan lainnya. Sehingga munculah bentuk amalan amalan nyata dan fakta tanpa melalui propaganda dari ucapan ucapannya.
Sehingga dari sikap dan tindakan tindakan tersebut munculah pengakuan dari banyak orang, bahwa Rasulullah itu adalah betul betul panutan yang bisa dipercaya dan dipertanggung jawabkan, pengakuhan tersebut bukan dari lisan Rasulullah sendiri yang seolah olah memamerkan bahwa dirinya adalah nabi dan Rasul.
Rasulullah melakukan yang sedemikan ini karena memang wawasan bathiniyah atau ibadah sir nya benar benar mutlak hanya untuk Allah.
Karena Al Qur'an sudah menerangkan yang sedemikian ini bahwa didalam diri nabimu terdapat teladan yang baik.
Maka pertanyaannya Al Qur'an ini untuk siapa ?.
Tentu jawabnya pasti untuk kita.
Sekarang kalau memang Al Qur'an itu untuk kita, sejauh mana kita melaksanakannya.
Kalaulah boleh kita ambil sederhananya saja bahwa. Bahwa seyogyanya hujamkan seluruh rangkaian ibadah atau perbuatan kita hanya bertujuan untuk Allah secara sir nya, dan perwujudannya adalah Amalia Amalia nyata untuk manusia dengan tidak banyak berucap, tapi lebih banyak berbuat Amalia nyata. Kalau banyak berucap biasanya dari ucapannya itu akan menggiring banyak orang untuk membuat sebuah pengakuhan terhadap dirinya.
Mungkin ini adalah salah satu apa yang pernah diajarkan oleh guru besar kita, bahwa usahakan dalam diri masing masing diantara kita nanti adalah masuk surga tanpa hisab.
Karena seringnya melakukan ibadah ibadah yang bersifat sir, dan dimanifestasikan dalam bentuk perbuatan Amalia nyata.
..Salam ta'lim
Yanto Ireng.