Jakarta, NewsPelangi.co.id
Sahabatku yang baik hati, memasuki bulan Suci Ramadhan tahun 2022 ini, saya ingin membuat catatan kecil tentang sikap mental kita berhadapan dengan bulan yang penuh hikmah.
Bulan ini disiapkan bagi kita untuk berlatih dan oleh sebab itu harus ada kesadaran yang kuat bahwa kita akan memasuki arena latihan. Arena latihan yang disiapkan langsung oleh Tuhan semesta alam.
Jika kesadaran itu kuat, maka kita tidak saja akan menjalani hari hari dengan kesadaran beribadah tetapi juga kesadaran untuk berubah. Dan itulah sebabnya saya merasa Ramadhan dapat menjadi medium perubahan mental Yang masif.
Apabila dikaitkan dengan pemberantasan korupsi, maka kesadaran utama yang dibangun oleh bulan Ramadhan adalah kesadaran tentang adanya pengawasan Tuhan.
Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Allah menganggap ibadah puasa ini adalah untuk Allah (Ashoumu Lii), jika puasa adalah untuk Tuhan dan Tuhan sendiri yang mengawasi semuanya, maka sikap mental terpenting yang harus lahir dari ibadah puasa adalah perasaan bahwa kita sedang diawasi.
Mentalitas menahan haus dan lapar sambil diawasi oleh Sang Pencipta adalah kombinasi yang sempurna untuk menyadari apapun yang kita lakukan terutama sebagai pejabat negara mustahil menghindar dari pengawasan Tuhan.
Kesadaran akan pengawasan Tuhan ini juga manifestasi dari sikap mental Pancasila sila pertama: Ketuhanan yang maha esa. Kita sadar bahwa Tuhan dengan segala hukumnya hadir dalam tiap detik kehidupan kita, itulah manusia Pancasilais.
Kesadaran diawasi dan pengawasan Tuhan bukanlah untuk mempersulit kita, tetapi dalam rangka mendewasakan dan mematangkan. Karena tidak mungkin kita membangun tradisi kenegaraan yang baik tanpa adanya kultur yang dewasa.
Dewasa dengan jabatan kita, dewasa dengan uang negara, dewasa dengan penggunaan fasilitas publik dan dewasa dalam segala hal untuk menampakkan rasa tanggungjawab di hadapan masyarakat banyak.
Oleh : Firli Bahuri